Ilmu Sosial Dasar; Pengertian, Fungsi dan Keterkaitan Agama Dengan Masyarakat
Pengertian
Agama Secara Umum
Merumuskan
pengertian agama bukan suatu perkara mudah, dan ketidak sanggupan manusia untuk
mendefinisikan agama karena disebabkan oleh persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena itu tidak
mengherankan jika secara internal muncul pendapat-pendapat yang secara
apriori menyatakan bahwa agama tertentu saja sebagai satu-satunya agama samawi,
meskipun dalam waktu yang bersamaan menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi
Islam, Kristen dan Yahudi.
Sumber
terjadinya agama terdapat dua katagori, pada umumnya agama Samawi dari langit,
agama yang diperoleh melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen dan
Yahudi.—-dan agama Wad’i atau agama bumi yang juga sering disebut sebagai agama
budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal budi manusia
antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khonghucu dan berbagai aliran keagamaan lain
atau kepercayaan.
Beberapa acuan
yang berkaitan dengan kata “Agama” pada umumnya; berdasarkan Sansekerta
yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata
A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang
kekal, dengan demikian “agama: berarti
pedoman hidup yang kekal.”
Berdasarkan
kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah; AGAMA dan UGAMA, agama berasal
dari kata A-GA-MA, huruf A berarti “awang-awang, kosong atau hampa”, GA berarti
“genah atau tempat” dan MA berarti “matahari, terang atau bersinar”, sehingga
agama dimaknai sebagai ajaran untuk menguak rahasia misteri Tuhan, sedangkan
istilah UGAMA mengandung makna, U atau UDDAHA yang berarti “tirta atau air
suci” dan kata GA atau Gni berarti “api”, sedangkan MA atau Maruta berarti
“angin atau udara” sehingga dalam hal ini agama berarti sebagai upacara yang
harus dilaksanakan dengan sarana air, api, kidung kemenyan atau mantra.
Berdasarkan
kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang mengandung arti I atau
Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti Amartha berarti “hidup”,
sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang hakikat hidup dan keberadaan
Tuhan.
Fungsi
Agama Kepada Manusia
Disinilah letak
fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang
baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran. Dari segi
pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain
seperti apa yang dihuraikan di bawah:
a)
Memberi
pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan
memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan
mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam
dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia
manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap
manusia harus menaati Allah SWT.
b)
Menjawab
pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah
soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab
oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati,
matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah
berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
c)
Memberi
rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan
satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama
menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku,
pandangan dunia dan nilai yang sama.
d)
Memainkan
fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama
di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya
telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini
dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial.
Fungsi Sosial Agama
Secara
sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang
bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan
pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan
memecah-belah (desintegrative factor). Pembahasan tentang fungsi agama disini
akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus
disintegratif bagi masyarakat.
·
Fungsi
Integratif Agama
Peranan sosial
agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan
mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban
sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama
menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
·
Fungsi
Disintegratif Agama.
Meskipun agama
memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara
eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan
peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari
begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga
seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.
Keterkaitan
Agama Dengan Masyarakat
Kaitan agama
dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi
penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi
rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang tuhan dan kesadaran akan
maut menimbulkan religi, dan sila ketuhanan yang maha esa agama merupakan
tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate.
Kemudian, pada
urutanya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu
dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan
masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan
sosial, dan individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.
Bukti-bukti itu
sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final
dan ultimate. Agama yang diyakini, merupakan sumber motivasi tindakan individu
dalam hubungan sosialnya, dan kembali pada konsep hubungan agama dengan
masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan
sosial dan invidu dengan masyarakat yang seharusnya tidak bersifat antagonis.
Peraturan agama
dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yang normative
atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan. Contoh
kasus akibat tidak terlembaganya agama adalah “anomi”, yaitu keadaan disorganisasi
sosial di mana bentuk sosial dan kultur yang mapan jadi ambruk. Hal ini,
pertama, disebabkan oleh hilangnya solidaritas apabila kelompok lama di mana
individu merasa aman dan responsive dengan kelompoknya menjadi hilang. Kedua,
karena hilangnya consensus atau tumbangnya persetujuan terhadap nilai-nilai dan
norma yang bersumber dari agama yang telah memberikan arah dan makna bagi
kehidupan kelompok.
Penjelasan yang
bagaimanapun adanya tentang agama, tak akan pernah tuntas tanpa
mengikutsertakan aspek-aspek sosiologisnya. Agama, yang menyangkut kepercayaan-kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan masalah sosial dan
pada saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia. Karena itu
segera lahir pertanyaan tentang bagaimana seharusnya dari sudut pandang
sosiologis.
Dalam pandangan
sosiologi, perhatian utama terhadap agama adalah pada fungsinya terhadap
masyarakat. Istilah fungsi seperti kita ketahui, menunjuk kepada sumbangan yang
diberikan agama, atau lembaga sosial yang lain, untuk mempertahankan (keutuhan)
masyarakat sebagai usaha-usaha yang aktif dan berjalan terus-menerus. Dengan
demikian perhatian kita adalah peranan yang telah ada dan yang masih dimainkan. Emile Durkheim
sebagai sosiolog besar telah memberikan gambaran tentang fungsi agama dalam
masyarakat. Dia berkesimpulan bahwa sarana-sarana keagamaan adalah
lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan
berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan
fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban
sosial.
Komentar
Posting Komentar